Senin, 09 Agustus 2010

Karakter Manusia Dalam Psikologi

Kenapa sich fortune kok suka psikologi...??Rupanya, mengetahui rahasia orang lain atau minimal menebak tepat apa yang menjadi ciri khas kepribadian orang lain menjadi suatu daya tarik tersendiri. Apalagi yang tidak memiliki latar belakang pendidikan formal di bidang psikologi atau punya kemampuan meramal atau keahlian paranormal,
tentu hal itu menjadi suatu yang menarik. Menebak karakter orang lain seperti punya kemampuan indra keenam saja laiknya.


Padahal, ilmu psikologi telah mengembangkan telaah tentang karakter ini sejak lama. Bahkan peta karakter pertama telah dibuat oleh Hippocrates (ca. 460 BC – ca. 370 BC) -yang dikenal sebagai Bapak Kedokteran Dunia- pada abad 4 Sebelum Masehi. Peta karakter ini terus diperbaharui hingga di zaman modern dikenal sejumlah penggolongan. Psikologi kepribadian yang khusus mempelajari karakter manusia sendiri dikenal sebagai salah satu cabang dari ilmu psikologi, yang oleh psikolog pelopor asal A.S. Gordon Allport (1937) dibagi menjadi dua:



* Nomothetic, yang mencari hukum atau aturan umum yang bisa diterapkan pada banyak orang berbeda. Misalnya prinsip aktualisasi diri atau karakter seseorang untuk menjadi ekstrovert-introvert.
* Idiographic, berusaha mengerti aspek keunikan dari seseorang individu sebagai bagian dari populasi manusia.


Penjabaran lebih lanjut dari karakter manusia kerap mengacu pula pada Karakter Kepribadian Lima Besar (Big Five Personality Traits). Dalam bahasa Inggris, kelima karakter besar itu disingkat OCEAN yaitu Openness, Conscientiousness, Extroversion, Agreeableness, dan Neuroticism. Terus terang saya agak sulit mengalihbahasakannya, karena istilah tersebut sangat teknis. Menerangkannya pun bisa satu buku sendiri.


Namun yang hendak saya bagi di sini adalah pemahaman bahwa manusia itu sangat kompleks. Demikian pula karakternya. Memahami manusia termasuk karakternya tidak cukup dengan mengetahui tipe apakah ia dalam penggolongan karakter. Misalnya menurut KSMP ala Hippocrates atau DISC yang diciptakan oleh William Moulton Marston Ph.D. (1893–1947) saja. Karena dalam setiap karakter, terdapat riwayat hidup seseorang yang membentuknya menjadi seperti itu. Bagi saya sendiri, karakter bisa diubah, walau sulit dan penuh perjuangan. Satu yang penting, tidak boleh menggunakan pengetahuan mengenai karakter seseorang untuk menghakimi orang bersangkutan. Karena karakter tidak ada yang lebih baik satu dibanding lainnya, masing-masing punya kelebihan dan kekurangan. Maka, yang seharusnya diketahui tiap atasan dalam soal karakter anak buahnya adalah bagaimana mengoptimalkan kinerja seseorang berdasarkan karakter yang dimilikinya.



0 komentar:

Posting Komentar